Catatan Hanan Pacha (III)

Catatan Hanan Pacha (III)
Catatan Hanan Pacha (III)NameCatatan Hanan Pacha (III)
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, loc_fam_book_family_1054
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionSebuah dongeng yang diturunkan dari generasi ke generasi dengan sang Sage Pencuri Api yang legendaris sebagai tokoh utamanya. Konon para pakar sejarah sepakat bahwa kisah ini sama sekali tidak berkaitan dengan sejarah yang sesungguhnya.

Item Story

Kisah selanjutnya yang akan kuceritakan adalah tentang orang-orang Hanan Pacha yang merusak tabu sehingga Sage Pencuri Api meninggalkan Natlan.

Setelah mengajarkan para manusia cara menggunakan kekuatan Phlogiston, manusia mulai mendirikan kota di atas Hanan Pacha. Kota itu dipenuhi dengan istana dan kuil yang megah, semuanya dipenuhi dengan permata langka, dan memiliki bulu dengan pola warna yang mencolok dan dibangun dari bunga yang harum.

Setelah semua ini selesai, Waxaklahun Ubah Kan memutuskan untuk mengangkat Hanan Pacha ke tempat yang lebih tinggi.

"Karenanya, kalian tidak boleh memakan apa pun yang dihasilkan oleh tanah ini selain air, karena semua mata air di dunia berasal dari Sumber Segala Air, dan tidak berada di bawah naungan Penguasa Malam."

Chaac tidak mengerti kenapa mereka harus ke tempat yang lebih tinggi, dia juga tidak ingin meninggalkan Natlan. Sehingga dia pergi menghadap Waxaklahun Ubah Kan dengan membawa pertanyaan ini. Dia hanya bisa mengatakan "Daratan Bulan", "Batu Keramat Newark", dan berbagai kata lain yang sulit dimengerti.

Karena Waxaklahun Ubah Kan adalah orang yang paling pintar di dunia ini, orang-orang mengikuti kata-katanya. Jadi, mereka mulai memelihara ikan di lautan dan menanam bola lumut untuk dijadikan makanan. Demikianlah, Hanan Pacha terbang makin tinggi setiap harinya.

Sampai akhirnya, Penguasa Malam menyadari niat Sage. Karena dia takut manusia meninggalkannya, mereka memutuskan untuk mencoba menghentikan rencana Sage.

Pada suatu hari, saat Sage sedang keluar, Penguasa Malam menyamar menjadi kaum manusia di dalam suku dan membawa sebotol air misterius. Lalu dia menemukan Chaac yang menjaga di tepi danau.

"Sobat, jangan cuma melihat air di danau dong. Coba lihat ya, air di botol ini lebih manis seratus kali dari air danau. Coba deh."

Dia memang masih mengingat kata-kata Sage, tapi dia pikir, kan cuma air, tidak apa-apa lah. Akhirnya, dia mengulurkan tangannya untuk mengambil sebotol air itu dan meneguknya.

Ternyata airnya memang manis tiada tara. Jadi dewa malam memberikan air manis yang lebih banyak lagi, lalu dia membagi-bagikan air manis ini ke orang-orang di Hanan Pacha.

Tapi Chaac tidak tahu, kalau air manis ini sebenarnya dibuat dari biji-bijian yang dihasilkan di permukaan tanah. Kalau dengan bahasa sekarang, kita menyebutnya "minuman anggur".

Saat Sage sudah kembali, orang-orang sudah mabuk tak karuan.

Sage tahu kalau mereka sudah tidak mungkin meninggalkan Natlan. Oleh sebab itu, dia mengusir mereka dari Hanan Pacha, dan orang yang diusir itu membawa Phlogiston ke berbagai tempat di Natlan.

Sedangkan Sage Pencuri Api pun mulai menapaki jalan pulang.

"Jalan pulang? Apa mungkin dia kembali ke tanah merah dan hitam?"

"Ada dengar tidak sih tadi? Tanah merah dan hitam itu jelas-jelas tempat Sage mencuri Phlogiston. Eh ... Tapi memang di sejarah tidak tercatat di mana kampung halaman Sage sih ... Jadi aku rasa, yang dimaksud dengan jalan pulang di sini adalah, suatu hari dia akan kembali lagi."

"Begitu dengar saja sudah tahu ini kata-kata penutur cerita, lebih baik jangan digantung deh ceritanya?"

Pokoknya, setelah Sage Pencuri Api meninggalkan tempat itu, Chaac menerima bimbingan dari Penguasa Malam, dan mulai mendirikan suku di atas permukaan tanah. Era kaum manusia Natlan pun dimulai. Tapi itu sudah cerita lain lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TopButton