Coquitao Tanpa Kepala

IconNameRarityFamily
Coquitao Tanpa Kepala (I)
Coquitao Tanpa Kepala (I)3
RarstrRarstrRarstr
loc_fam_book_family_1066
Coquitao Tanpa Kepala (II)
Coquitao Tanpa Kepala (II)3
RarstrRarstrRarstr
loc_fam_book_family_1066
items per Page
PrevNext

Coquitao Tanpa Kepala (I)

Coquitao Tanpa Kepala (I)
Coquitao Tanpa Kepala (I)NameCoquitao Tanpa Kepala (I)
Type (Ingame)Item Quest
Familyloc_fam_book_family_1066
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionGulungan yang berasal dari Penguasa Angin Malam, kisahn yang diceritakan konon katanya lebih kuno dari kelahiran Penguasa Angin Malam, tapi sulit untuk dibuktikan kebenarannya.
Para penenun Penguasa Angin Malam mengetahui tentang setiap sungai di Bangsa Malam. Mereka tahu bahwa kisah dan syair berasal dari sungai hitam Mictlan. Burung pemangsa malam yang terbang di malam hari adalah pelayan Ia-yang-Wajahnya-Hancur, yang mengambil cahaya bulan dari tangan tuannya dan menenunnya menjadi tiga benang perak, melintasi kabut malam dan datang ke tanah api cemerlang, lalu memerintahkan para penenun yang buta untuk menenunnya menjadi permadani berwarna-warni. Permadani ini digantung di rumah manusia, tempat suci, dan medan perang. Kisah dan legendanya pun dikenal semua orang, dan permadani ini terus diperpanjang, dan menjadi sejarah.

Tapi seperti yang dikatakan Sang pengembara yang diasingkan oleh semua suku, "Anak Lautan" Ropal: "Aku menerima kekacauan, tapi aku tidak tahu bahwa kekacauan tidak menerima aku." Rahasia yang tersembunyi di balik kisah kuno dan teka-teki selalu mengandung bahaya. Oleh karena itu, Penguasa Malam membutakan semua yang menenun kisah, memerintahkan mereka untuk berfokus pada cerita tanpa bisa melihat kenyataan saat ini. Mereka hanya bisa merasakan cahaya bulan yang dingin, tapi tidak bisa menyaksikan kematian tiga bulan yang bersinar terang. Oleh karena itu, sang penguasa teka-teki dan fabel yang hebat menjadi gambaran pada permadani yang selamanya berupa asap yang sulit dipahami dan tak terlukiskan.

Kisah yang ditenun selanjutnya oleh para penenun berasal dari bisikan Penguasa Malam yang berwajah hancur. Menurut legenda, di antara para pendahulu Penguasa Angin Malam, ada seorang pejuang bernama Coquitao. Kampung halaman jiwanya adalah tanah malam yang jauh dari matahari yang dingin. Dia berjalan di bumi dengan tongkat batu yang bernama Makana, menaati perjanjian yang telah ditetapkan oleh para dewa yang telah mati dan dingin. Hidupnya berjalan melewati peperangan dan kekacauan. Konon pada suatu malam yang berangin dan berhujan, dia menjalin sumpah tak bertulisan dengan dewa hari anjing, dan sejak saat itu, takdirnya dipertaruhkan kepada Kembar Kame di tanah yang penuh wabah.

Dewa hari anjing memerintahkan Coquitao untuk menghukum para orang gila yang sudah melupakan kematian, mengambil asap dingin dan mimpi dari langit berbintang dan dibagikan kepada semua orang. Lalu, Coquitao menggunakan Makana untuk menjatuhkan kematian yang tidak bisa dibalikkan, memulihkan jiwa tak bertuan kembali ke sungai gelap Mictlan, membawa mereka kembali ke mimpi Penguasa Malam.

Jari-jari Coquitao menggenggam erat Makana, sambil berjalan dengan kedua lututnya yang dilumuri darah segar. Pertempuran dan pembantaian yang tak terhitung jumlahnya akhirnya menenangkan kegilaan yang merobek langit berbintang. Rekan-rekannya mengikutinya, salah satunya bernama Nagual, pengubah bentuk yang licik yang berasal dari tanah hangus yang jauh di sana, tempat itu masih terbakar bahkan hingga saat ini.

Saat orang gila terakhir dihukum oleh Coquitao dan rekan-rekannya, saat sungai darah akhirnya menyenangkan sang tuan bergaun hijau giok yang berdiri di atas awan petir, tuan itu akhirnya memanggil hujan untuk membersihkan semua sungai. Namun, dewa hari anjing menolak untuk mengembalikan jiwa para pahlawan, malah memerintahkan Kembar Kame yang aneh, untuk diam-diam memerintahkan Nagual licik supaya menggunakan pisau obsidian untuk memenggal kepala Coquitao.

Demikianlah, Coquitao yang tak berkepala tidak dapat memenuhi kontraknya dengan dewa hari anjing, dan hanya bisa mengikuti Tzitzimimeh mengembara dengan kebutaannya.

Coquitao Tanpa Kepala (II)

Coquitao Tanpa Kepala (II)
Coquitao Tanpa Kepala (II)NameCoquitao Tanpa Kepala (II)
Type (Ingame)Item Quest
Familyloc_fam_book_family_1066
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionGulungan yang berasal dari Penguasa Angin Malam, kisahn yang diceritakan konon katanya lebih kuno dari kelahiran Penguasa Angin Malam, tapi sulit untuk dibuktikan kebenarannya.
Melihat pahlawan yang dipilihnya sendiri jatuh ke dalam nasib yang menyedihkan dan terpuruk, ratu bintang langit menjadi sangat marah dan kesal, lalu dia memerintahkan Tzitzimimeh untuk turun ke dunia, untuk menuntun jalan pembalasan dendam bagi Coquitao yang sudah kehilangan kepalanya. Dalam era yang gelap dan panjang ini, orang-orang melihat tubuh Coquitao yang tak berkepala terus berjalan di dalam malam berbulan, tangannya memegang tongkat batu Makana dengan erat. Ada yang mengatakan dia berubah menjadi macan tutul roh hitam, terus melewati hutan dan dataran dalam senyapnya malam, membawa mimpi buruk dan inspirasi kepada para imam di dalamnya meditasi mereka ....

Kemudian, entah sudah seberapa lama Coquitao mengembara di malam, dan entah sudah berapa banyak perubahan bentuk yang terjadi padanya. Coquitao melintasi tanah yang dialiri oleh darah segar, melintasi altar persembahan yang pernah dipakai untuk menyenangkan tuan dari para langit. Tapi pada akhirnya, dia menemukan pengkhianat Nagual di tanah hangus dan terbakar, sedang beristirahat di oasis, sedang meminum darah ular beracun dan jus Mexicali yang bisa membuat orang berhalusinasi.

Lalu, Coquitao tanpa kepala mengangkat Makana dan memukulnya ke tanah, menghancurkan kepala para pengkhianat sampai berkeping-keping, seperti ilusi ramalan dari Mexicali. Dengan Makana, Coquitao tanpa kepala mengirim Nagual kembali ke kampung halamannya yang terbakar ....

Meskipun pembalasan dendamnya sudah selesai, namun jiwa Coquitao telah menyatu dengan kehidupan di dunia, tidak pernah kembali. Yang ada hanyalah api kemarahan yang terus membara di dalam tubuh tanpa kepala ini, sama seperti matahari dingin di langit malam kampung halaman sang pahlawan.

Lama setelah itu, bahkan setelah dewa yang menguasai hari anjing, si kembar yang licik, dan tuan bergaun hijau giok telah mati, bahkan setelah bintang-bintang berubah menjadi iblis, hingga cahaya Tzitzimimeh mulai redup, para penenun mengatakan bahwa amarah Coquitao bahkan belum padam. Bayangannya yang tak berkepala masih berkelana di dataran perak di malam hari, bersembunyi di hutan lebat yang gelap. Konon katanya pada masa peperangan di dunia, banyak pahlawan yang mewarisi Makana miliknya, dan Och-Kan sang tirani yang legendaris adalah salah satunya. Tapi pada akhirnya, dia juga bertemu dengan akhir hidupnya sendiri dalam amarahnya ... tapi itu sudah cerita yang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TopButton